Tentang Pertahanan Negara

Oleh: Ibrahim Kholilul Rohman
Masih minggu lalu saya mendapatkan kesempatan ikut dalam sebuah FGD tentang *“Prospek Nano Satelit dalam Sektor Transportasi”*. Nano satelit adalah satelit-satelit kecil yang beratnya 1-3 kg yang lebih efisien untuk diluncurkan. Sekarang dengan kemajuan teknologi, nano satelit bisa bertahan di atas bumi selama 7 tahun dengan biaya sekitar 30.000 USD sampai dengan peluncuran.
Sebagai awalan, apa sih guna satelit? Dari website NASA saya dapatkan detail sebagai berikut:
_1. The bird's-eye view will better see large areas of Earth at one time. This ability means satellites can collect more data, more quickly, than instruments on the ground._ (Pengelihatan seperti mata burung akan lebih baik dalam melihat area yang lebih luas dari bumi dalam sekali lihat. Ini artinya, satelit dapat merekam lebih banyak data dengan lebih cepat daripada peralatan di permukaan bumi)
_2. They also see into space better than telescopes at Earth's surface because satellites fly above the clouds, dust and molecules in the atmosphere that can block the view from ground level._ (Satelit juga lebih baik dalam melihat luar angkasa dibandingkan dengan teleskop di permukaan bumi, karena satelit terbang di atas awan, debu dan molekul yang ada di atmosfer yang bisa mengganggu pandangan).
_3. And functions related to broadcasting._ (Dan berbagai fungsi yang berkaitan dengan penyiaran)
Menarik sekali pemaparan dari Pak Wahyudi Hasbi dari LAPAN yang mempresentasikan perkenbangan satelit di Indonesia.
Beliau bercerita: Suatu waktu beliau mendatangi sebuah seminar di Singapura. Ketika _technical meeting_, Beliau ditanya materi presentasinya. Beliau bercerita bahwa materinya berkaitan dengan peta satelit di Indonesia dan contoh-contoh citra satelit (termasuk citra satelit negara Singapura yang diambil dari satelit kita).
Komen dari panitia:
"Jangan ambil dan presentasikan citra satelit Singapura. Kalau Anda paksakan juga, seminar ini kita bubarkan," demikian kurang lebih.
Kalau saya pikir sebegitu kerasnya mereka menjaga “aurat” bangsa dan negara. Meskipun sudah menjadi rahasia umum bahwa satelit yang ada di orbit di atas 100 km bisa memoto pojok-pojok dari detail di bumi. Artinya dengan jumlah satelit yang lebih banyak, jauh lebih banyak informasi yang dihimpun oleh Singapura tentang Indonesia dibanding dengan sebaliknya.
Namun, terlihat sekali ketegasan mereka begitu memasuki ranah yang sensitif tentang data negara.
**
Cerita yang berikut sudah saya _share_ berkali-kali. Setiap kali mengajarkan materi ini untuk mahasiswa - semester lalu mengajar mata kuliah Digital Economy di S1 UI Depok dan sekarang di program magister telekomunikasi FT-UI - entah mengapa nada saya selalu tinggi berapi-api. Saya tidak berdrama-drama, tapi setiap cerita ini saya putar ulang, saya masih merasa: _this is really an INSANE story..._
Februari 2017 saya mendapatkan undangan untuk datang di Mobile World Congress (MWC), acara tahunan yang diadakan oleh GSM Association.
Singkat cerita waktu itu kami mendatangi pavilion ZTE yang besarnya sungguh luar biasa - mungkin salah satu pavilion terbesar di event tersebut. Nah, sejak masuk di pavilion tersebut, terdapat peta Indonesia di sana dipasang sebagai _banner welcome gate._
Oh waktu itu saya berpikir:
“Ini pasti karena menyambut beberapa pejabat teras Kominfo-RI yang memang pagi itu datang untuk _official visit”._
Saya menikmati betul display teknologi yang mereka pamerkan: the whole IoT, 5G, automated vehicle dan sebagainya.
Hari kedua saya lewat pavilion tersebut dan mereka masih dengan display raksasa peta Indonesia…
Hari ketiga saya (berniat) cuma lewat, namun karena hari itu hari terakhir saya di Barcelona, saya akhirnya memberanikam diri bertanya: "Ini sebenarnya peta Indonesia kenapa dipasang terus?”
Akhirnya dijelasklanlah dengan gamblang:
Penjelasan mereka:
“Kami punya data tentang Konsumen TV Indonesia karena set-up box kita yang dipakai oleh Indihome-nya Telkom.
"Jadi kalau dlihat --mereka menunjukkan komputer yang terhubung dengan _machine learning_ dan BIG DATA KITA (artinya: big data TENTANG kita... bukan _big data_ milik kita)
"Kamu bisa melihat di provinsi mana produk ini paling laku, kota-kota mana yang menjadi _growth pole_ dan sebagainya.
"Oh iya, kita juga tahu selera film masyarakat Indonesia dan sebagainya."
"Berikut ini data Semarang dan kalau kita geser kita bisa melihat data untuk kota-kota lain."
"Datanya terekam sampai level rumah tangga."
Jujurnya saya _speechless_ mendengar penjelaskan tersebut…
*_How on Earth!_*
Saya juga tidak naif bahwa toh Facebook, LinkedIn, Google juga bisa _tracing_ dan _tracking_ data kita berdasarkan aktifitas kita sehari-hari. Tapi tentu tidak dengan cara OFFICIAL yang mana data tentang kita dipamerkan di sebuah world congress yang dihadiri 108.000 orang!
Sebagai alumni sekolah dengan disiplin ilmu ICT4D (ICT for Development) saya juga paham betul adanya _digital divide_ di Indonesia. Hal yang kemudian membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk investor (asing) adalah sah-sah saja untuk menjembatani gap ini. Kalau berdasarkan teori adopsi teknologi; kita mungkin termasuk _late adopters._ Jadi kerjasama dengan pemilik teknologi termasuk ZTE adalah lumrah.
Tapi ya nggak harus sebegitu vulgarnya menurut saya...
Untuk hal ini saya sepakat dengan salah satu Capres bahwa berbicara tentang pertahanan, keamanan dan data negara tidak bisa dengan _cengenges._ Atau ditanggapi dengan _cengengesan._
Saya sendiri bisa _relate..._
Sudah berpuluh kali saya share cerita ini sejak pulang ke Indonesia, setiap saya bercerita tentang topik ini, sebagian besar _audience_ hanya akan tersenyum atau tertawa.
_"That's normal"..._
Satu-satunya yang pernah mengaggap serius ketika saya bercerita topik ini adalah Prof. Mari Pangestu di suatu seminar.
“Jangan-jangan CEO TELKOM juga gak tau ya?" tanya Beliau waktu itu...
Sumber:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10216934287301500&id=1595250231
Disclaimer !
Teks Tentang Pertahanan Negara di atas adalah postingan sharing semata. Seluruh media yang tersedia di Cah Bantul ini hanyalah untuk berbagi wawasan dan info update terkini. Apabila ada kesamaan nama, alamat atau juga hal lain dalam postingan harap dimaklumi menimbang informasi digital adalah bentuk sosial media yang menjadi konsumsi publik, bukan sebagai hak milik.
0 Response to "Tentang Pertahanan Negara"
Post a Comment