Road to Malang
ROAD TO MALANG
Tepat pada pukul 13.30 kami (masbar, lulu, om fahri, yasir n tama) menjejakkan kaki meninggalkan kampus perjuangan. Dengan menggunakan kendaraan berwarna biru kami memulai perjalanan go to Malang. Tepat saat suara gemuruh adzan berkumandang kami menginjakkan kaki di terminal bungurasih dan di sana telah ada kakak2 dan mbak2 kami (mas huda, mas eko, mbak ana n mbak jannah) telah standby untuk menunggu adik2nya yang tercinta ini.
Sebelum memasuki bis Surabaya Malang kami menyempatkan diri untuk menjalankan kewajiban kami kepada Sang Pencipta yang mana telah memberi nikmat kepada kami dengan jumlah yang tak terhingga. Setelah itu kami menuju bus Surabaya Malang yang masih setia menunggu penumpang2 untuk masuk ke dalam bis tersebut./p>
Dalam perjalanan ini si kondektur mencari penumpang sebanyak-banyaknya. Buktinya bis yang seharusnya kapasitas 60 orang ini dipaksa untuk mengangkut orang sebanyak 90 orang sampai-sampai para penjual yang ingin berjualan di bis itupun tidak jadi masuk dikarenakan tidak ada sela untuk bisa masuk ke dalam bis itu. Lebih parahnya lagi kami terjebak macet yang menjadikan perjalanan bertambah lama. Dengan adanya 90 orang dalam kotak berukuran 10 m X 3m X 4 m ini menjadikan udara di dalam bis ini terasa panas padahal di luar bis terjadi hujan. Kami bak ikan-ikan yang berebut oksigen dalam akuarium.
Akhirnya pada pukul 18.30 penderitaan kami berakhir kamipun bisa menghirup udara segar di kota Malang. Hujan rintik2 menyambut kedatangan kita di kota Malang ini. Selanjutnya kami tinggal melanjutkan perjalanan menuju pondok pesantren Nurul Ulum Malang. Setelah sampai kami langsung sowan dan nyiap2in kebutuhan dan tidak lupa untuk mengisi tenaga di warung terdekat. hhe
Disclaimer !
Teks Road to Malang di atas adalah postingan sharing semata. Seluruh media yang tersedia di Cah Bantul ini hanyalah untuk berbagi wawasan dan info update terkini. Apabila ada kesamaan nama, alamat atau juga hal lain dalam postingan harap dimaklumi menimbang informasi digital adalah bentuk sosial media yang menjadi konsumsi publik, bukan sebagai hak milik.
0 Response to "Road to Malang"
Post a Comment